Jumat, 05 Agustus 2016

chapter 1.

suasana masih seperti dulu angin yang masih mengaung seolah tak lelah mengoyangkan ranting dan dedaunan, terlebih lagi sahutan ayam berurutan saling sahut menyahut memporaporandakan warga desa. suasana yang begitu sejuk membuat semua warga malas untuk beranjak dari kediaman singgasana mimpi mereka pak Andri dengan panggilan Illahi beliau langsung melantungkan keanggunan sang ILLAHI untuk mengajak para kaum muslim untuk segera melaksanakan kewajiban mereka.
"allah hu akbar allah hu akbar " suara itu seketika menentramkan suasana desa yang susejak dari tadi malam angin yang mengaung menunjukan keperkasaannya.
"yun bangun cepat ambil air wudhu" ajakan ibu membangunkan ku sambil mempersiapkan bahan keperluan ayah.

masih sangat dingin untuk meyetuh air di pagi buta ini sambil termenung tampa sadar dan menatap air yang ada di belakang rumah
"cepat ambil airnya,kenapa bengon ajah entar keburu pagi loh" ujar iu seketika mengagetkan ku dalam khayalan ku sambil menepuk pundak ku.
seperti biasa seusai sholat subhu sudah menjadi kegiatan rutin ku membuka jendela kamar ku dan menatap dengah khayalan tinggi membayangkan keinginan ku selama ini akan dunia. dedaunan menyabut pagi ini dengan lambaian halusnya tak mau kala burung pun bernyanyi dengan merdunya sambil menari menunjukan keeolokan nya. kesejukan embun yang menyejukan hati membuat kita lupa akan kejamnya dunia terlebih lagi sang baskara mulai muncul dari ujung pelitar bumi seolah tersenyum menyambut pagi ini setelah mengusik kegelapan malam dan menyudahi mimpi mimpi mereka.
ohh ya....
nama aku muhamar yuyun , nama yang tak pernah kuinginkan untuk hadir dalam hidup ku,ya mungkin seketika orang yang beru mendengar dan tak pernah berjumpa dengan ku mereka akan mengira bahwa aku adalah seorang wanita.nama yang seharu nya untuk para perempuan mengapa harus terjebak pada diri ku, namaun aku masih punya kasihan sama kedua orang tuaku ak percaya bahwa nama yang mereka berikan untuk ku adalah doa terbaik dari mereka walaupun seberanya aku tak tahu makna dibalik nama ku itu.
ibu melahirkan ku setealh mempunyai dua orang anak dan itu yaa,,,kakak saya keduanya adalah perempuan mira kusniawati baharuddin dan mimin tiniawarti baharuddin dan aku muhamar yuyun.
ayah ku seorang pensiunan dengan gaji pas pasan sementara ibu ku hanyalah seorang ibu rumah tangga yang harus menahan rasa sakit lambungnya yang tak pernah kunjung sembuh, ayah ku talah capek mencari usaha untuk perobatan ibu ku sampai-sampai biaya sekolah ku digunakan untuk pengobatan. tiga tahun berlalu dari rasa sakit yang dialami ibu ku namun tak kunjung sembuh kini diriku beranjak masuk bi bangku SMA dan kakak kedua ku akan melanjutkan pendidikan nya di perguruan tinggi dengan mengambil fakultas poli gigi sementara kakaku yang pertama telah meyelesaikan masa studinya S1 di fakultas kehutanan. disaat inilah masalah mulai muncul lagi dikeluarga ku di tengah kondisi ibu ku yang semakin parah, ayahku merasa tidak sanggup lagi untuk mebiayai sekolah ku dan kakak ku.
seusai sholat isya kami pun berkumpul di ruang keluarga menbicarakan soal kelanjutan sekolah kami.
"nak ini ,kan kalian tahu kalau ayah sudah tidak punya lagi uang,gaji ayah telah jual untuk biaya perobatan ibu kalian" ucapan ayah dengan nada pelan seketika membuat suasana kesedihan mulai mengurung di ruangan itu.
"jadi gimana yah?" jawab mimin mempertanyakan.
terlihat dari bibir ayah yang terlihat gugup mengungkapkan itu namun karna terpaksa ayah harus bicara.
"gini nak diantara kalian harus tidak ada yang lanjut,karna ayah hanya bisa menanggung satu orang ,untuk makan sehari hari saja kita susah terlebih lagi biaya perobatan ibu kamu sangat mahal" .
setelah mendengar ungkapan ayah ibu seketika menjatuhkan air mata kami pun tertuju kepada ibu, aku tahu rasa sedih yang mendalam dari ibu itu terlihat air mata yang jatuh dan mengenai pipinya.semetara mira kakak pertama ku tidak bisa berbuat apa apa karna dia hanyalah S1 pengangguran sebutan para ibu tetangga terhadap kakak ku.
aku dan mimin hanya terdiam saling menatap, aku tahu keingin yang sangat tinggi dari kaku ku untuk kuliah di poli gigi itu sementara aku yang baru masuk SMA apakah harus berhenti disini.
"kalau begitu yah aku saja yang berhenti kuliah biar yuyun aja yang lanjut sekolah,bisa selesai di SMA aku sudah sangat bersyukur" ujar mimin dengan nada senduh akibat menahan tangisya,aku bisa lihat dari air mata yang jatuh di mata kaka ku , aku tauh air mata itu tak pernah membenci pipi.
 hari itu pun datang aku akan berangkat ke sekolah idaman ku yang letaknya sangat jauh dengan kampung halaman ku aku harus menyebrangi lautan dan membelah langit agar aku sampai di sekolah idaman ku ya...
letaknya di kota daeng julukan untuk kota makassar.sekolah ini merupakan idaman para insan yang berpendidikan. dengan terpaksa aku harus rela pisah dengan ayah dan ibu ku serta kedua kakak ku yang sangat aku sayangi. setibanya disana mereka di antara oleh kedua orang tuanya, rasa canggung yang timbul dalam hati ku kini membuat ku sedikit gugup dan malu karna hanyalah diri ku yang tak ada pendamping segala sesuatunya aku harus urus sendiri.pelukan manis dan sedikit tangis ku lihat dari kedua bola orang tua mereka ketika melepaskan anak mereka sematara aku menyendiri di tengah pelukan hangat dari orang tua mereka.
di hari senin ini hari perdana ku untuk menduduki bangku sekolah di sini. tampa ada sarana komunikasi aku tak pernah berbagi cerita kepada orang tuaku dikarenakan ponsel kami ditahan dan akan dibagikan pada saat liburan saja atau pada hari minggu.
seperti biasa guru yang baru masuk tentunya akan menyuruh uridnya untuk meperkenalkan diri,rasa malu mulai muncul lagi di benaku tentunya kalian sudah tahu aku selalu malu untuk memperkenalkan nama ketika di tanya siapa nama mu dan aku harus jawab yuyun dan tanda tanya besar selalu ada kenapa harus yuyun bukan nya yuyun nama perempuan aku hanya menunduk kan kepala sembari menahan tangisan malu dari ku.
malam berlalu kami diasrama kan jadi kami harus ikut taatan yaang dianut disini. tidak ada yang menjadi teman cerita ku malam ini karna menjadi rutinitas ku setiap habis sekolah aku langsung menceritakan semuanya kepada orang tua ku namun apa daya tak ada ponsel untuk menghubingi mereka dan aku pun ta suka berbagi cerita kepada teman teman ku karna memang dari dulu aku suka menyendiri dan bercerita berbagi duka bersama angin saja kini hanyalah buku dan pena yang menjadi teman ku untuk bercerita kata demi kata aku tutrkan di buku itu.
........